Shalat Jamaah


shalat jamaah dalam shalat fardhu selain shalat jum’at hukumnya sunah muakkad, namun menurut pendapat Imam an-Nawawi hukumnya fardhu kifayah. Makmum mendapat kesempatan berjamaah dengan imam selain shalat jum’at selain salam pertama, meskipun tidak duduk bersamanya. Sementara jamaah dalam shalat jum’at hukumnya fardhu ‘ain dan tidak hasil dengan kurang dari satu rakaat. Wajib bagi makmum untuk niat menjadi makmum atau mengikuti imam tanpa perlu menentukan imamnya, tetapi  cukup mengikuti seseorang yang ada meskipun tidak mengenalinya. Jika sampai menentukan imam dan ternyata salah, maka shalatnya batal kecuali apabila menggunakan isyarah juga, seperti niat mengikuti Zaid yang ini, dan ternyata Umar, maka sah shalatnya.
Tidak wajib bagi imam untuk niat menjadi imam dalam selain shalat jum’at, namun sunah hukumnya dan jika ia tidak niat menjadi imam, maka ia shalat sendirian. Boleh bagi orang merdeka makmum kepada hamba sahaya, orang baligh makmum kepada anak hampir baligh, sementara anak yang belum tamyiz tidak sah menjadi imam. Tidak sah seorang laki-laki makmum kepada wanita, begitu pula orang yang fasih bacaan Fatihahnya tidak sah makmum kepada orang yang tidak pandai membaca Fatihah.
Dimanapun tempatnya makmum yang berjamaah di masjid asalkan ia mengerti gerakan shalat imam dengan melihatnya langsung atau melihat sebagian saf, maka jamaahnya sah. Selama tempatnya tidak lebih maju dari imam. Jika sampai maju dari tumit imam, maka shalatnya tidak sah. Dan tidak masalah posisi makmum sejajar dengan imam. Sunnah bagi makmum untuk sedikit mundur dari posisi imam. Jika imam shalat di masjid sedangkan makmumnya diluar masjid dalam jarak dekat kira-kira tidak lebih 300 dzira’, sementara makmum mengetahui gerakan imam dan tidak ada pembatas antara mereka berdua, maka shalatnya sah. Dan jarak tersebut dihitung dari akhir masjid. Jika imam dan makmum diluar masjid seperti tanah lapang, maka syaratnya tidak lebih dari 300 dzira dan tidak ada pembatas diantara keduanya.()
Sumber: Fath al-Qarib  as-Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Qasim al-Ghazi  

0 Komentar