Keadilan Itu Belum Tentu Sama Rata

Semua guru berharap agar para siswa memahami materi yang akan diajarkan kepada mereka. Semisal mengajarkan tentang bab wudhu', maka guru tersebut pasti berharap agar mereka memahami bab wudhu' dan bisa mempraktekkannya. Demikian juga materi-materi lainnya seperti sholat ataupun materi eksak yang cukup jlimet dan rumit. Maka pastinya guru berharap para siswa paham dan bisa mengerjakan latihan atau soal yang diberikan kepada mereka.


Namun, harapan tidak selalu seiring dengan kenyataan. Inilah kondisi yang sering dihadapi oleh para guru. Sering didapati para siswa tidak memahami materi yang sudah disampaikan berulang-ulang. Sehingga guru menjadi penasaran dan mencari akar masalahnya atau bisa jadi acuh tak acuh dan membiarkan para siswa tetap tidak memahami materi yang diajarkannya.

Seiring dengan harapan tersebut, biasanya guru akan melakukan persiapan baik terkait materi, metode dan alat evaluasinya. Biasanya kita menyebutkan perangkat mengajar. Ada Prota, Promes, silabus dan RPP dan media belajar lainnya.

Pun demikian, ketika guru mulai menyampaikan materi sekali, sebagian siswa paham dan sebagian lainnya tidak paham tapi mengaku paham. Bisa karena faktor malu atau takut. Sehingga "terpaksa" berbohong. Padahal mereka tidak memahami apa yang sudah dijelaskan oleh guru.

Apa yang harus dilakukan guru jika mendapati kenyataan tidak sesuai harapan? Di sinilah pentingnya peran seorang guru. Di tahap persiapan, guru tidak hanya membuat plan A tapi juga menyiapkan plan B. Khususnya pada aspek metode. Sebab metode mengajar erat kaitannya dengan cara memahamkan materi kepada siswa. Tujuannya sama, materinya sama tapi metode bisa saja lebih dari satu. Itupun belom tentu siswa paham dengan materi yang disampaikan.

Demikian juga di tahap pelaksanaan yakni di kelas, guru harus bisa melakukan variasi mengajar. Baik variasi metode, variasi pertanyaan, dsb.






0 Komentar