Bismillahirahmanirrahiim
Jika diuraikan dengan lebih lanjut, kebahagiaan hakiki dan tertinggi tidak mungkin terdapat pada kehidupan di dunia. Di dunia tidak ada kebahagiaan yang bercirikan hakiki dan tertinggi. Kebahagiaan hakiki dan tertinggi haruslah bersifat permanen tidak berhenti dan selesai, bahkan selalu meningkat. Ciri-ciri itu tidak mungkin terjadi di dunia. Gurulah yang bertugas mengantarkan peserta didik mencapai kebahagiaan dengan ciri-ciri seperti itu. Menurut penuturan KH. Bahaudin Nursalim, cara yang paling efisien agar tugas tersebut dapat berhasil adalah dengan menjadi Idola.
Ketika kita mengidolakan seseorang, maka kita akan cenderung mencontoh apapun yang ia lakukan, mulai dari cara bicara, cara berpakaian, cara bergaul, cara makan, dan lain-lain tanpa disuruh, tanpa diajari. Sehingga sangat logis jika KH Bahaudin Nursalim berpendapat demikian. Cara ini dapat diadopsi ketika seorang guru mengajar. Dengan menjadi idola dari peserta didiknya, tanpa disuruh, tanpa diarahkan, peserta didik akan otomatis mencontoh apa yang kita lakukan. Hal ini memudahkan guru untuk dapat transfer nilai akhlak, maupun nilai moral.
Salah satu cara agar dapat menjadi idola peserta didik adalah dengan membangun sikap fleksibel, husnudzon, dan memberikan pelayanan terbaik kepada mereka dengan ikhlas. Menanggapi semua keluhan mereka dan memberikan penjelasan detail kenapa mereka tidak boleh mengeluh dan apa saja manfaat ketika mereka tidak mengeluh. Memberikan gambaran besar apa yang akan terjadi kepada diri mereka ketika mereka tidak mudah mengeluh. Menemani setiap kegiatan mereka dengan ikhlas. Bercanda dengan mereka ketika proses pembelajaran. Dengan kedekatan seperti itu, maka otomatis setiap mereka ada masalah mereka akan menyampaikan permasalahannya tanpa malu, tanpa takut, dan itu akan menjadikan kita sebagai salah satu pemenuh kebutuhan. Dengan jalan itu, seorang guru akan sangat mudah memberikan arahan dan bimbingan, serta transfer nilai akhlak dan nilai moral.
Nilai akhlak dan nilai moral itulah inti pembelajaran, bukan pada ketercapaian materi, dan nilai-nilai yang melebihi KKM. Materi pelajaran dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik melalui media massa elektronik. Nilai-nilai melebihi KKM dapat di atur sendiri oleh peserta didik dengan cara-cara halal dan cepat, jika nilai akhlak dan moral mereka terbina dengan baik. Allahu a'lam bi shawab.
Vigih Hery Kristanto, M.Pd.
(Guru Matematika MA Darul Madinah Madiun)
3 Komentar
Bagus
BalasHapusBagus
BalasHapusBagus
BalasHapus